Minggu, 26 Februari 2017





Kata-kata Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya yang berjudul "Bumi Manusia" yang selalu menguatkan aku tentang perempuan melalui kalimat yang diucapkan Nyai Ontosoroh, dia berkata: " Jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalung lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai". Ketertarikan saya adalah figur Nyai Ontosoroh dijaman kolonial image Nyai jaman itu adalah gundik/simpanan yang tidak dinikahi resmi oleh orang Eropa. Secara ekonomi dan status sosial beruntung tapi secara moral dia direndahkan. Nyai Ontosoroh adalah potret perempuan pribumi langka di masa itu. Nyai selalu ditinggal suaminya Herman Mellena yang jarang pulang. Dia menjadi kepala keluarga memimpin rumahnya sendiri dan bisnis yang dia pertahankan dengan ala Eropa.




Kemandirian dan kecerdasan Nyai itu tampak dari tutur kata, budaya, pengetahuan dan kecakapannya sebanding dengan wanita Eropa terpelajar. Bergerak dan melawan atas kondisi yang tidak memihak pada perempuan pribumi. Cinta tidak membutakannya tapi membuatnya kuat dengan pemikiran yang progresif dan memutus mata rantai ketimpangan dengan pola asuh pada dua anaknya. Hingga Minke kagum pada sosok Nyai Ontosoroh. Perempuan menyuarakan keadilan gender bukan dia ingin seperti laki-laki atau sebaliknya melainkan mitra perjuangan bersama untuk mewujudkan relasi yang seimbang tanpa ada kekerasan berbasis gender.

Bicara perempuan berarti bicara sebuah peradaban yaitu berbangsa dan bernegara. Tinggal kita secara sadar membuat perubahan postif bagi perempuan Indonesia sehingga persoalan perempuan yaitu kekerasan berbasis gender menjadi keprihatinan kita semua lintas sektor, agama, suku, kelas, dll

#catatan diri tentang 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia#
#Melda, Siaga 1, 23 Feb 2017

0 komentar:

Posting Komentar