Kamis, 25 Mei 2017

"Anak adalah Peniru Ulung"


Seseorang anak yang dididik dengan salah adalah anak yang tersesat.

Bukankah anak adalah peniru ulung.

Seyogyanya anak-anak tidak pernah baik dalam mendengarkan orang yang lebih tua, namun anak-anak tidak pernah gagal dalam meniru orang yang lebih tua.

Anak-anak tidak butuh kritik yang mereka butuhkan contoh.

Miris dan kenyataan sosial di masa kini yang terjadi dimana Anak-anak di Indonesia mulai berani dan mudah mengucapkan kafir kepada teman sebayanya yang berbeda dengan kelompoknya. Ujaran ringan pun atas kata-kata bunuh kepada orang yang dianggap jahat pada kaum seimannya
.

Bahasa kebencian dan sikap kekerasan itu jadi hal yang lumrah dan tontonan setiap harinya bukankah seharusnya masa anak-anak adalah kehidupan yang penuh cinta dan canda tawa.

Radikalisasi yang ekstrim itu perlahan demi perlahan membentuk anak-anak bangsa terbiasa menggunakan bahasa bahkan sikap kekerasan.

Itu bukti nyata dampak edukasi buruk terhadap anak-anak negeri ini dimasa mendatang.

Masihkah kita anggap intoleransi dan gerakan ekstrimis itu hal yang biasa saja?

Disaat sekolah dan kampus jadi tempat pencuci otak yang menyesatkan dan menguntungkan pada golongan penikmat budak kekuasaan.

Akankah kita tinggal diam?

Mulailah dari rumah dengan anak-anak mendengar hal baik yang Anda katakan tentang mereka kepada orang lain. Berhentilah membuat status di media sosial Anda tentang ujaran kebencian.

Mari mendidik anak bangsa dalam hal pengendalian diri, kebiasaan menahan nafsu dan prasangka serta menjauhkan kecenderungan-kecenderungan jahat, maka kita telah berbuat banyak untuk menghapuskan penderitaan kehidupan dimasa depan mereka, kejahatan di masyarkat dan terlebih dari segalanya merawat rumah bersama yaitu Indonesia yang berlandaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika.

-Melda, 25 Mei 2017, Jaksel-

0 komentar:

Posting Komentar